ANALISIS KAJIAN SENI PERTUNJUKAN PENDEKATAN EKSPRESIF DALAM DRAMA TEATER KOMA "WABAH"
Erfin Suprapto
181010700251
Prodi Sastra – Fakultas Sastra Indonesia
Universitas Pamulang
erfinsuprapto33@gmail.com
A. PENDAHULUAN
Sastra merupakan sebuah jenis tulisan atau teks yang mengandung keindahan dan makna tertentu. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Tidak hanya dituangkan dalam sebuah tulisan saja, sarana pengekspresian sebuah pengalaman atau pemikiran tertentu juga dapat disajikan dalam bentuk pementasan. Pementasan disini masuk ke dalam jenis sastra drama.Seni pertunjukan merupakan sebuah pementasan karya sastra yang disajikan berdasarkan hasil pemikiran atau pengalaman suatu kehidupan masyarakat tertentu. Dalam seni pertunjukan itu hanyalah cerita rekaan yang fiktif namun nilai-nilai dari pertunjukannya bisa diambil dari realita kehidupan masyarakat, hal ini dilakukan agar pesan yang disampaikan oleh para lakon dapat dengan mudah tersampaikan.
Menurut Sapardi Djoko Damono seni pertunjukan merupakan cabang seni yang memiliki 3 unsur yakni sutradara, pemain dan penonton. Menurut Bagus Susetyo (2007:1-23) seni pertunjukan adalah sebuah ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetik-artistik yang berkembang sesuai zaman, dan wilayah dimana bentuk seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang.
Penelitian ini membahas tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam teater Koma “Wabah” naskah karya Budi Ros, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur, maksud, dan faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur ekspresif dalam seni pertunjukan teater yang berjudul “Wabah” naskah karya Budi Ros. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan ekspresif, data yang digunakan adalah dengan menonton seni pertunjukan teater “Wabah” naskah karya Budi Ros yang dipentaskan oleh teater Koma. Teater ini ditayangkan di Youtube pada 18 November 2020.
B. LANDASAN TEORI
1. Kajian Seni Pertunjukan
Menurut Murgiyanto (1995) Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang memiliki nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan penonton. Sal Murgiyanto juga mengatakan bahwa kajian pertunjukan adalah sebuah disiplin baru yang mempertemukan ilmu-ilmu seni (musikologi, kajian tari, kajian teater) di satu titik dan antropologi di titik lain dalam satu kajian inter-disiplin (etnomusikologi, etnologi tari dan performance studies).
Intisari dalam teater yang berjudul “Wabah" ini menggambarkan kondisi sosial masyarakat sekarang yang sedang tidak baik-baik saja karena adanya wabah virus corona yang membuat banyak orang menderita terlebih pada masyarakat kelas bawah. Hal ini menjadi tugas bagi para tokoh untuk dapat mengekspesikan maksud dari apa yang ingin disampaikan kepada para penonton, jadi berkaitan dengan kajian penelitian ini yang mengusung pendekatan ekspesif.
2. Pendekatan Ekspresif
Abrams dalam Siswanto, (2008:181) mengatakan bahwa pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis. Menurut Semi (1984), pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).
Dalam pendekatan ekspresif pengarang menunjukan isi perasaannya dalam dialog yang di lakoni oleh para tokoh teater yang berjudul “Wabah” ini, yang mana pertunjukan ini menceritakan tentang kondisi saat pandemi melanda dunia khususnya di Indonesia untuk kalangan bawah, dan dampak akan pandemi ini digambarkan senatural mungkin oleh penulis agar pesan moral yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan sebaik-baiknya.
C. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kualitatif yaitu sebuah metode yang mendeskripsikan dan meringkas dalam sebuah karya sastra. Deskriptif kualitatif merupakan menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang telah dikumpulkan berupa hasil pengamatan mengnai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. Pada pendekatan ekspresif ini sering digunakan oleh para peneliti untuk mengkaji sebuah karya satra. Dan jenis penelitian ini menggunakan analisis pengarang dalam menyampaikan maksudnya dalam karya sastra. Yang merupakan bentuk analisis isinya sebuah pembahasannya dapat menghasilkan sebuah informasi, serta mengetahui alur pada cerita drama yang bahannya terdiri dari drama teater Koma yang berjudul “Wabah” karya Budi Ros. Teater ini ditayangkan di Youtube pada 18 November 2020.
D. PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS
Teater yang berjudul "Wabah" ini adalah pementasan dari Teater Koma yang disutradarai oleh Rangga Riantiarno dengan naskah yang ditulis oleh Budi Ros. Pertunjukan ini menceritakan tentang kondisi saat pandemi melanda dunia khususnya di Indonesia untuk kalangan bawah, dan dampak akan pandemi ini digambarkan senatural mungkin oleh penulis agar pesan moral yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan sebaik-baiknya.
Pertunjukan ini benar-benar menceritakan kondisi masyarakat kalangan bawah yang selama ini hidup kesusahan akibat adanya pandemi virus Covid-19. Seluruh negeri dilanda wabah, tapi karena ulah ketiga anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Ketiganya berniat mencari keuntungan dari situasi yang tengah berlangsung. Drama ini diawali dengan Romo Semar memerintahkan Gareng untuk pergi ke ladang menanam jagung tapi Gareng malah sedang berkutat dengan kotak sabunnya, Petruk sedang mengelap sepeda Romo Semar dan Bagong sedang tidur. Menurut Gareng dengan berjualan sabun hasilnya sangat menjanjikan ketimbang menanam jagung, karena ditengah pandemi ini orang-orang akan selalu membeli sabun untuk membersihkan segala sesuatu. Keuntungan dari berjualan sabun akan ditabung untuk membuka usaha lagi, yaitu alat-alat pendeteksi Covid-19. Namun Romo Semar tidak menyetujuinya karena kodrat mereka adalah petani. Gareng dan Petruk tetep kekeh dengan berjualan sabun dan alat pendeteksi Covid-19 karena mereka memanfaatkan situasi yang sedang kacau adalah peluang besar dan harus dimanfaatkan. Romo Semar mengingatkan kepada mereka berdua bahwa "Bisnis boleh saja tetapi jangan kelewatan. Ketika kebutuhan masyarakat terhadap alat-alat tes pendeteksi Covid dan juga sabun meningkat seharusnya harga-harga jangan dinaikan" Romo Semar tidak mengizinkan mereka berdua melakukan perbuatan seperti itu apalagi seperti Gareng yang kerjaannya tidur terus. Tapi pada akhirnya Romo Semar berhasil membujuk anak-anaknya untuk bertani kembali daripada berbisnis dengan curang demi mendapatkan keuntungan besar dan menyengsarakan rakyat kecil.
1. Tokoh Dalam Teater
a.) Semar
b.) Gareng
c.). Petruk
d.)Bagong
2. Watak Tokoh Dalam Teater
a.) Semar: Seorang ayah yang bijaksana dan selalu menuntun anak-anaknya dalam kebaikan
b.) Gareng: Seorang yang ingin memanfaatkan situasi yang sedang kacau karena Covid-19 demi memanfaatkan keuntungan.
c.)Petruk: Seorang yang mendukung rencana Gareng.
d.)Bagong: Seorang yang selalu tidur karena mimpinya selalu indah.
3. Alur Dalam Teater
Dalam setiap cerita, baik itu cerita fiksi maupun non-fiksi, pasti ada yang namaya alur atau plot. Alur adalah jalan cerita dalam suatu pementasan, dalam pementasan teater yang berjudul "Wabah" ini memiliki alur maju, karena cerita berawal dari kehidupan yang biasa lalu datang suatu wabah yang membuat kehidupan berubah dan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, sampai pada akhirnya tokoh Gareng dan Petruk berniat ingin berbisnis dengan memanfaatkan situasi yang sedang kacau karena pandemi, namun Romo Semar berhasil mengingatkan mereka karena gal tersebut tidaklah baik.
4. Dialog Dalam Teater
Sebuah drama teater pasti terdapat unsur utamanya yaitu dialog, tanpa adanya dialog, pesan dalam sebuah pementasan tidak akan tersampaikan. Karena, pesan dari sebuah teater itu muncul dari dialog antar pemain. Sama hal nya dalam teater yang berjudul "Wabah" ini, dari dialog yang mereka tuturkan antar lawan bicaranya yang membuat para penonton dapat mengambil pesan dan menyimpulkan isi dari pementasan tersebut.
5. Nilai Sosial Dalam Teater
Nilai kehidupan dalam pementasan yang berjudul "Wabah" ini adalah kejujuran dalam melakukan tindakan apapun. Karakter Romo Semar patut kita teladani yang membimbing anak-anaknya dengan baik, menunjukan hal-hal baik akan dibalas dengan kebaikan pula. Tidak memanfaatkan situasi yang kacau demi mendapatkan keuntungan adalah tindakan yang tidak terpuji.
E. Kesimpulan
Dari pendekatan ekspresif yang digunakan pada seni pertunjukan teater yang berjudul "Wabah" ini banyak memberikan pesan moral yang terkandung dalam setiap adegan, pesan tersebut dapat dengan langsung tersampaikan kepada para penonton karena tema yang diusung ialah fenomena masyarakat saat ini yang memang banyak yang merasakan.
Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:MedPress.
K.S, Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Putra, Andika Adi. 2017. “Analisis Kritik Sastra Ekspresif dan Objektif dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia”.Universitas Muhammadiyah Palembang.
Comments
Post a Comment