ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP NOVEL “GITANJALI” KARYA FEBRIALDI. R



Erfin Suprapto
181010700251

Abstrak
Sebagai kegiatan ilmiah, ilmu sastra tentu memiliki seperangkat prinsip dasar yang melandasinya sebagai suatu disiplin keilmuan. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat dijelaskan melalui definisi, obyek kajian, cabang-cabang keilmuannya, ruang lingkup, sejarah, dan pendekatan yang digunakan. Dalam kajian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pragmatik.  “Gitanjali” adalah novel karya Febrialdi R sekaligus novel yang akan dikaji oleh peneliti karena cerita dalam novel tersebut mengisahkan seorang pemuda bernama Ed yang hendak melakukan pendakian The Seven Summits of Indonesia (puncak-puncak gunung tertinggi di Indonesia). Tujuan peneliti menganalisis novel “Gitanjali” yaitu di samping untuk mengetahui jalan cerita dari novel “Gitanjali” itu sendiri, peneliti juga ingin mengkaji novel “Gitanjali” dan merealisasikan peranannya sebagai pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati suatu karya sastra serta untuk mengetahui pelajaran apa saja yang terkandung di dalam novel “Gitanjali”.
Kata kunci : Sastra, Pendekatan Pragmatik, Novel “Gitanjali”

Abstract
As a scientific activity, literary science certainly has a set of basic principles that underlie it as a scientific discipline. These basic principles can be explained through their definitions, object of study, scientific branches, scope, history and approach used. In this study, the approach used is the pragmatic approach. "Gitanjali" is a novel by Febrialdi R as well as a novel that will be reviewed by researchers because the story in the novel tells a young man named Ed who wants to climb The Seven Summits of Indonesia (the highest mountain peaks in Indonesia). The aim of researchers to analyze the novel "Gitanjali" is in addition to knowing the storyline of the novel "Gitanjali" itself, the researcher also wants to study the novel "Gitanjali" and realize its role as a reader in receiving, understanding, and living a literary work and to find out what lessons course contained in the novel "Gitanjali".
Keywords : Literature, Pragmatic Approach, Novel “Gitanjali”



Pendahuluan
Ilmu sastra merupakan ilmu yang menyelidiki karya sastra, beserta gejala yang menyertainya, secara ilmiah. Di samping teks karya sastra, juga semua peristiwa dan fakta-fakta sosial yang berkaitan dengan keberadaan karya sastra, pengarang, pembaca, lembaga penerbitan, media massa, dan sebagainya, juga menjadi obyek penyelidikannya. Tidak lupa semua hasil-hasil kritik, apresiasi, resepsi, yang dihasilkan oleh kritikus, apresiator, atau pembacanya, dapat menjadi obyek penyelidikan Ilmu Sastra. Dan juga, produksi dan distribusi karya sastra sebagai komodite dapat diangkat untuk diselidiki oleh Ilmu Sastra.[1]
Sebagai kegiatan ilmiah, ilmu sastra tentu memiliki seperangkat prinsip dasar yang melandasinya sebagai suatu disiplin keilmuan. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat dijelaskan melalui definisi, obyek kajian, cabang-cabang keilmuannya, ruang lingkup, sejarah, dan pendekatan yang digunakan. Di samping itu, sebagai disiplin ilmiah, ilmu sastra haruslah memenuhi syarat sistmatis dan metodologis. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan.[2]
Peneliti sebagai penikmat karya sastra tentunya memiliki hak tersendiri, baik itu untuk mengapresiasi, menilai atau mungkin memberi tanggapan terhadap suatu karya sastra. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan sebagai pengparesiasi karya sastra yaitu dengan mengkaji karya tersebut.[3] “Gitanjali” adalah novel karya Febrialdi R sekaligus novel yang akan dikaji oleh peneliti karena cerita dalam novel tersebut mengisahkan seorang pemuda bernama Ed yang hendak melakukan pendakian The Seven Summits of Indonesia (puncak-puncak gunung tertinggi di Indonesia). Namun, dalam perjalanannya Ed mengalami berbagai macam hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Novel ini banyak mengajarkan nilai-nilai moral yang berkaitan dengan kehidupan, persoalan hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam sekitar dan cara memaknai kehidupan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti dengan menggunakan pendekatan pragmatik yang memberikan efek positif kepada pembaca.
Tujuan peneliti menganalisis novel “Gitanjali” yaitu di samping untuk mengetahui jalan cerita dari novel “Gitanjali” itu sendiri, peneliti juga ingin mengkaji novel “Gitanjali” dan merealisasikan peranannya sebagai pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati suatu karya sastra serta untuk mengetahui pelajaran apa saja yang terkandung di dalam novel “Gitanjali”.

Landasan Teori
1.1        Novel
Kata novel sendiri diambil dan diadaptasi dari bahasa Italia “novella” yang memiliki arti sebuah kisah atau sepotong berita. Novel adalah sebuah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.[4]

Novel menurut para ahli sebagai berikut:
1.      Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel dideskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek.[5]
2.      Menurut Abrams, istilah novel berasal dari bahasa Italia ‘novella’ yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.[6]
3.      Rostamaji, novel merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang mana keduanya saling berkaitan dengan karena saling berpengaruh dalam sebuah karya sastra. [7]
Kesimpulannya menurut peneliti novel adalah karya sastra yang berupa kisah atau cerita yang didalamnya mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam sebuah novel, pengarang mampu mengendalikan emosi pembaca sesuai dengan jalannya cerita.
1.2        Kajian Novel
Tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut supaya dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel ialah novel syarat utamanya ialah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri, novel yang baik ialah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya.[8]

Unsur-unsur Novel
1.      Unsur Intrinsik
A.    Tema
            Tema merupakan ide pokok yang mendasari jalan cerita novel.
B.     Latar/Setting
    Latar atau setting merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
C.     Tokoh
Tokoh merupakan orang-orang yang ada dalam sebuah cerita.
D.    Penokohan
Penokohan merupakan karakter pada tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita.
E.     Plot
Alur atau plot adalah urutan peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan sebab-akibat. Dalam novel alur dibagi menjadi dua, alur maju dan alur mundur.
F.      Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.[9]
G.    Gaya Bahasa
Gaya Bahasa merupakan bahasa yang digunakan oleh penulis dalam merangkai sebuah cerita.
H.    Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
  
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsic. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.[10]

1.3           Pendekatan
Siswanto menyatakan “Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitikberatkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya sastra. Dengan demikian, pendekatan pragmatik merupakan pendekatan kajian sastra yang bertumpu pada peranan pembaca sebagai penikmat karya sastra. Dalam praktiknya, pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra dengan berdasarkan pada fungsinya yakni untuk memberikan pelajaran moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Pendekatan ini mengacu pada pembaca, bahwa keberhasilan suatu karya diukur dari pembacanya. Seberapa jauh pembaca dapat mengambil pelajaran dari karya tersebut.[11]


Metodologi Penelitian
2.1           Metode Penulisan
Objek dalam penelitian ini adalah novel “Gitanjali” karya Febrialdi. R dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini tidak sematamata hanya menguraikan tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan.[12]

2.2           Teknik Analisis Data
Teknik Simak Catat, yang dimaksud dengan teknik simak dan catat adalah peneliti melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data utama, yaitu wacana karya sastra. Teknik pengumpulan data membaca cermat dan/atau simak catat. Teknik ini sangat tepat untuk digunakan mengurai wacana sastra ke dalam unsur-unsurnya.[13]


Pembahasan
3.1 Analisis Struktural
Jika ditempatkan dalam model pendekatan sastra, cara pandang strukturalisme mengkaji karya sastra dari aspek instrinsiknya. Penelaahan karya sastra harus sanggup membongkar dan menjelaskan sistem struktur yang berada di balik permukaan. Unsur-unsur karya sastra dijelaskan untuk menemukan fungsinya dalam berhubungan dengan unsur lainnya.[14]
Berikut merupakan analisis peneliti pada novel “Gitanjali” karya Febrialdi R menggunakan pendekatan struktural:

Sinopsis
Ed adalah seorang lelaki yang ingin melakukan perjalanan pendakian The Seven Summits Indonesia, dengan harap tujuannya itulah yang ingin ia persembahkan kepada sang kekasih, Ine. Meski tak mudah, hal itu ia mesti lakukan. Berbagai macam hal yang tidak diduga, selalu menghampirinya. Mulai dari yang membuat ia merasa sedih, terpuruk, hingga ke perasaan sangat bahagia yang tak karuan. Itulah yang membuat ia harus berpikir jernih dan sangat matang dalam setiap mengambil keputusan. Tak hanya perjalanannya yang diuji. Isi hati Mas Ed pun ikut teruji. Selain kecintaannya terhadap alam, ia juga diberikan pembelajaran untuk mencintai sesuatu hal yang terjadi padanya, manusia dan Sang Pencipta.

1.   Tema: Petualangan menemukan hati.
2.   Alur: Campuran/Maju-Mundur.
3.   Tokoh: Ed (tokoh utama), Ine, Kidung, Adis, Dicky, Rima, Andriza, Andre, Dava, Fadil, Putri, Pak Hendra, Cery, Nina, Ayu, Dokter Unu, Fuad, Bapak (pemilik warung depan stasiun), mbok (pemilik warung depan yayasan), Rendi.
4.   Latar: Restoran, rumah sakit, toko outdoor equipment, kafe, rumah Dicky, stasiun Bandung, stasiun Yogyakarta, mini market, warung makan, yayasan yatim piatu, jalanan Yogyakarta, kereta api, bus Damri, Gunung Semeru, pos Ranu Pane, penginapan, stasiun Malang, Gunung Rinjani, Rumah Sakit Mataram, ruang tunggu bandara, pemakaman, Masjidil Haram, pesawat.
5.   Waktu: Pagi, siang, sore, malam.
6.   Suasana: Senang, sedih, kacau, panik, tenang, kekeluargaan.
7.   Sudut pandang: Orang pertama.
8.   Gaya bahasa: Bahasa Indonesia santai cenderung romantis.
9.   Amanat: Sejauh apapun perjalanan yang kita lakukan haruslah ada makna yang didapat dan merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

3.2 Analisis Pragmatik
Dalam novel “Gitanjali” karya Febrialdi R banyak terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik dan dipelajari oleh pembaca. Berikut merupakan analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan mengutip teks pada novel “Gitanjali” karya Febrialdi R:

           “Namun, karena mereka sudah tahu persembunyianku, setiap kali kabur, mereka                                  selalu mencariku ke terminal. Lama-lama aku merasa percuma jika setiap kabur
            selalu dapat ditemukan lagi. Lagi pula, lama-lama kelamaan caraku untuk kabur memang                   lebih untuk mengindari masalah. Bukan untuk menyelesaikan masalah.” Hlm. 83.
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed usia remaja yang masih berada di yayasan panti asuhan. Setiap kali Ed berada dalam masalah ia selalu melarikan diri. Pelajaran yang dapat diambil bahwasanya setiap manusia pasti memiliki masalah, seberat apapun masalah itu melarikan diri bukanlah cara terbaik. Hal tersebut hanya akan mendatangkan masalah lainnya. Yang seharusnya dilakukan hadapi masalah tersebut, pikirkan dengan bijak lalu cari jalan keluarnya. Karena dibalik masalah akan ada hikmah yang dapat kita ambil.

           “Kamu tahu sendiri, Semeru ini engga boeh dianggap enteng. Mendaki gunung manapun                    engga boleh nganggap enteng,” lanjut Cery. “Tapi ada aja yang nganggap sepele soal                       aturan. Ini yang sering bikin terjadi kecelakaan.” Hlm.     125.
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed bertemu dengan temannya Cery yang merupakan seorang pemandu gunung Semeru. Pelajaran yang dapat diambil oleh pembaca adalah aturan dibuat untuk dipatuhi, aturan dibuat demi keselematan bersama. Mendaki gunung bukan kegiatan yang asal saja, banyak hal yang harus diperhatikan. Baik dari segi mental maupun peralatan. Fisik harus sehat, peralatan pun harus sesuai standar pendakian. Jika kita menyepelekan aturan tersebut dalam melakukan pendakian maka resiko kecelakaan akan tinggi. Maka jika ingin selamat patuhilah aturan yang berlaku.

           Gawat! Kacau! Aku mengumpat-umpat dalam hati.
           Aku keluar tenda. Berdiri di atas rumput dan tak tahu harus berbuat apa.
           “Tenang … tenang … tenang, Ed. Kau harus tenang,” kataku pada diri sendiri.                                  “Tenangkan duu dirimu,” ujarku mencoba menasehati diriku sendiri.
          Oke, saat ini faktanya Nina tak bereaksi apa-apa, batinku dalam hati. Sekarang yang harus                 aku pikirkan adalah caranya mencari pertolongan. Hlm. 216
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed harus menghadapi kenyataan bahwa Nina telah meninggal didalam tenda pada saat mereka berdua melakukan pendakian di Gunung Rinjani. Pelajaran yang bisa diambil oleh pembaca adalah saat akan mengambil sebuah keputusan jangan dalam kondisi panik, tenangkan diri terlebih dahulu, apabila sudah merasa tenang lalu pikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Karena pikiran yang kacau akan mengakibatkan kita salah dalam mengambil keputusan.

           “Cuma ini yang bisa kami bantu, Mas,” tukas yang lainnya lagi.
            “Setidaknya bisa ikut berkontribusi. Nggak sekedar mengiringi,” timpal yang lainnya. Aku jadi terharu mendengar uluran tangan mereka. Kami tak saling kenal. Bahkan soal nama pun kami tak saling mengetahui satu sama lain. Baru ketemu pun di Pelawangan Senaru. Tetapi, mereka yang seharusnya bisa turun ke Senaru sejak berjam-jam sebelumnya, malah ikut menunggu rombongan tim evakuasi datang untuk bersama-sama turun ke Senaru. Mereka dengan ikhlas bahu-membahu. Besar juga rasa empati yang terjadi di antara sesama pendaki. Aku betul-betul terharu. Hlm. 229.
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed beserta rombongan yang akan turun Gunung Rinjani dengan mengevakuasi jenazah Nina untuk dibawa ke pos pemeriksaan Senaru. Cerita tersebut menggambarkan kepada pembaca bahwa sesama manusia memang sudah seharusnya saling tolong-menolong. Terlepas dari kenal atau tidak kenalnya satu sama lain. Karena untuk saling menolong tidak membutuhkan alasan.

           Di rumah Fuad, setelah mandi dan wudhu, aku lanjutkan shalat. Aku menangis dan                            memohon ampun pada Tuhan atas segala dosa dan kesalahan yang telah kuperbuat selama               ini. Air mataku bercucuran. Aku sesenggukan kepada Allah.
           Manusia memang kerap begitu.Ketika sedang ditimpa musibah dan cobaan, baru mengadu              dan memohon pertolongan pada Tuhan. Saat segala-galanya tampak membahagiakan, manusia          kerap melupakan keberadaan Tuhan yang justru telah memberi mereka kebahagiaan. Akulah si            manusia itu. Hlm. 240.
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed berada di rumah Fuad setelah mereka berhasil mengevakuasi jenazah Nina. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan bahwa saat kita merasa suka ataupun duka, sejatinya kita haruslah selalu mengingat Tuhan. Berdoa ketika berada saat-saat yang sulit dan mengucap syukur saat sedang dalam kebahagiaan.

           Aku tercengung.
“Manusia boleh saja melakukan perjalanan ke mana pun ia mau. Mendaki gunung-gunung paling tinggi sekalipun. Tapi bukan kegiatan bepergian atau mendakinya yang akan dikenang manusia. Melainkan makna dibalik pendakian yang akan abadi selamanya. Apa artinya melakukan pendakian ke berbagai puncak dunia, namun tidak menjadi pencerahan bagi manusia lainnya? Apa artinya mendaki gunung-gunung tinggi, tapi tidak membuat orang bersyukur atas ciptaan Allah. Apa artinya kisah-kisah petualangan itu diriwayatkan, namun tidak membuat pembacanya mengambil pesan tersirat akan makna perjalanan itu sendiri.” Hlm. 291.
Dalam kutipan tersebut, menceritakan saat Ed pergi ibadah haji bersama keuarga Pak Hendra. Ed dan Pak Hendra sedang berbincang di Jabal Nur. Dalam hal tersebut, penulis menyampaikan bahwa perjalanan yang sebenarnya ialah kita mampu mengambil sebuah pembelajaran dan hikmah pada setiap langkahnya dan bisa lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Bukan hanya perjalanan untuk memuaskan diri sendiri namun lebih pada makna apa yang kita dapatkan pada perjalanan itu sendiri. Bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Kesimpulan
Pendekatan Struktural dan Pragmatik digunakan dalam penelitian ini dalam menganalisis novel “Gitanjali” karya Febrialdi R. Pendekatan struktural memisahkan unsur intrinsik yaitu: tema, tokoh, setting, alur, gaya bahasa, sudut pandang. Sedangkan pada pendekatan pragmatik novel tersebut memberikan manfaat kepada para pembaca seperti pesan moral, pendidikan dalam kehidupan, pendidikan religi.


Saran
Melalui jurnal ini, besar harapan penulis agar pembaca dapat memahami lebih banyak tentang karya sastra, khususnya analisis karya sastra yang berhubungan dengan pragmatik sastra. Karena semakin banyak kita mengetahui sesuatu mengenai analisis karya sastra maka pengetahuan kita mengenai sastra pun akan semakin luas.




DAFTAR PUSTAKA

Suhariyadi, 2014 Pengantar Ilmu Sastra Orientasi Penelitian Sastra, (CV Pustaka Ilalang Group: Lamongan)

Debie Anggraeni dan Indra Permana, 2019, “Analisis Novel ‘LAFAL CINTA’ Karya Kurniawan Al-Isyhad Menggunakan Pendekatan Pragmatik” Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (IKIP Siliwangi)

Novita Ester, 2018, “Analisis Pragmatik Terhadap Novel ‘BECAUSE YOU GIVE ME LOVE’ Karya Mito Orihara” Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara Medan (Repositori Institusi USU: Medan)

Zakky, 2018, “Pengertian Novel Beserta Definisi Strukturdan Ciri-ciri Novel” (ZonaReferensi.com)

Dosen Pendidikan 2, 2020, ”Pengertian Novel Menurut Para Ahli” https://www.dosenpendidikan.co.id/novel-adalah/,




       [1] Suhariyadi, Pengantar Ilmu Sastra Orientasi Penelitian Sastra, (CV Pustaka Ilalang Group: Lamongan, 2014), hlm. 11.
       [2] Ibid, hlm. 12.
       [3] Debie Anggraeni dan Indra Permana, “Analisis Novel ‘LAFAL CINTA’ Karya Kurniawan Al-Isyhad Menggunakan Pendekatan Pragmatik” Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (IKIP Siliwangi, 2019), hlm. 535.
       [4] Novita Ester, “Analisis Pragmatik Terhadap Novel ‘BECAUSE YOU GIVE ME LOVE’ Karya Mito Orihara” Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara Medan (Repositori Institusi USU: Medan, 2018) hlm. 11.
      [5] Zakky, “Pengertian Novel Beserta Definisi Strukturdan Ciri-ciri Novel” (ZonaReferensi.com, 2018)
      [6] Ibid.
      [7] Ibid.
       [8] Dosen Pendidikan 2, ”Pengertian Novel Menurut Para Ahli” https://www.dosenpendidikan.co.id/novel-adalah/, 2020.
       [9] Novita Ester, Loc.Cit., hlm. 23.
       [10] Dosen Pendidikan 2, Op.Cit.
       [11] Debie Anggraeni dan Indra Permana, Lok.Cit., hlm. 537
      [12] Suhariyadi, Loc.Cit., hlm. 87
       [13] Ibid. hlm. 95-96
       [14] Ibid. hlm. 98




Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS KAJIAN SENI PERTUNJUKAN PENDEKATAN EKSPRESIF DALAM DRAMA TEATER KOMA "WABAH"

Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya (Buku Karya Wiyatmi)