Kabut Lembah Hujan

Malam itu gunung salak diguyur hujan lebat
Namun barisan kita masih kuat
Dingin menusuk, mata mencapai batasnya
Namun semangat mengalahkan segalanya

Doa kita pernah sama
Tangan kita tak pernah saling melepas
Suara kita pernah satu irama
Langkah kita pernah tak saling meninggalkan
Rangkulan kita pernah saling menguatkan
Makanan kita pernah satu wadah
Sampai nasi kita tak pernah menjadi nasi
Kita pernah berbaring diatas lumpur yang sama
Memandang langit dikala gerimis merintik

Hhmm.. aku rindu
Aku jadi mengingat tawa lepas kalian saat survival
Aku rindu kita berbagi tawa
Berbagi keluh kesah
Ataupun berbagi makanan

Apa kabar?
Apa kabar mimpi mimpi kita
Mungkinkah kalian lupakan?
Atau kini sudah menjadi angan-angan

Hujan digunung pernah membuat semangat kita kuat
Apa hujan dikota membuat semangat kita memudar?

Aku ingin kita seperti kereta api
Saling bergandengan pada lintasan yang sama
Dan menjadikan stasiun sebagai satu satunya tujuan

Pagi ini aku berdialog dengan mentari
Aku meminta sinarnya bersilaturahmi dengan kalian
Menitip rindu pada kehangatannya
Aku tau kalian merasakan rindu yang sama denganku
Ah, atau aku yang terlalu percaya diri. Maaf

Mungkin kalian sibuk dengan waktu
Atau aku yang tenggelam dengan waktu
Sampai untuk sekedar menanyakan kabar pun enggan
Maaf

Dihatiku sisa "kabut" gunung salak masih terasa lembut
Tanpa kalian hatiku layaknya "lembah" yang sunyi
Aku menantikan kita diguyur "hujan" disatu barisan yang sama

Lewat tulisan ini aku berharap
Dapat ku temui diri kalian esok hari


6 April 2019
Kokarr

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS KAJIAN SENI PERTUNJUKAN PENDEKATAN EKSPRESIF DALAM DRAMA TEATER KOMA "WABAH"

Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya (Buku Karya Wiyatmi)

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP NOVEL “GITANJALI” KARYA FEBRIALDI. R