ANALISIS PRAGMATIK DRAMA TUTUK INGIN KAYA
Pendahuluan
Karya Sastra adalah penciptaan disampaikan
kepada komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya
ini sering mengatakan, baik di pertama atau ketiga orang, dengan plot dan
melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang berhubungan dengan waktu
mereka.
Drama
naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan
prosa. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra
yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan
mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Sebagai potret atau tiruan kehidupan,
dialog drama banyak berorientasi pada dialog yang hidup dalam masyarakat
(Waluyo, 2002:2-3).
Pendekatan pragmatik adalah
pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan
tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan
politik, pendidikan, moral, agama maupun tujuan yang lain.
Pembahasan
Drama
Tutut Ingin Kaya karya dari Sinta Debuturu, Amalia Rosyidah, Ichsan Nurseha dan
Angin Kamajaya menceritakan seorang gadis yang berkeinginan untuk jadi kaya
raya, menghalalkan segala cara demi mewujudkan impiannya tersebut. Ia pergi ke
dukun meminta cara agar cepat kaya, sang dukun memerintahkan Tutut untuk
menggali jamban yang ada dirumahnya. Awalnya ia tidak percaya namun dukun
tersebut meyakinkan Tutut untuk melakukannya. Akhirnya Tutut menggali jamban
yang ada dirumahnya dan menemukan sebuah peninggalan bersejarah yang terkubur
di jamban itu. Ia menemui mantan kekasihnya dan bersama-sama menjual
peninggalan bersejarah tersebut. Benda itu seharusnya diserahkan kepada tim
arkeolog yang memang sedang mencarinya. Akhirnya perbuatan Tutut tersebut
dikenai hukuman dan menjerumuskannya pada kehancuran. Pada drama ini ditemukan
aspek-aspek dalam pendekatan pragmatik sebagai berikut.
Aspek
politik
Drama
tersebut sedikit menyentil kepentingan politik para pejabat dalam dialog pemeran
tukang sayur yang berbunyi “Terlalu semangat, menggelora, penuh rasa idealisme.
Tapi saat jadi pejabat rasa idealismenya hilang.” Tembok idealisme yang bisa
saja runtuh akibat menyelewengkan kekuasaannya, berbuat seenaknya demi
kepentingan sendiri maupun segelintir orang. Seharusnya idealisme tetap
tertanam dalam diri pejabat sehingga cita-cita bangsa serta kepentingan rakyat
selalu diutamakan.
Aspek
Agama
Dalam
drama Tutut Ingin Kaya dihadirkannya seorang dukun, yang didatangi beberapa orang
dan tak ketinggalan Tutut. Tutut meminta bagaimana caranya agar ia bisa menjadi
kaya. Dalam kehidupan beragama, terkhusus Islam tentu saja hal tersebut sangat
dilarang karena menyekutukan Allah. Sudah seharusnya sebagai umat Islam meminta
dan berdoa kepada Allah serta diiringi usaha juga.
Aspek
Moral
Karakter
Tutut yang berambisi ingin kaya sangatlah besar namun cara yang dilakukannya
sangatlah salah. Perbuatannya dengan menjual peninggalan bersejarah sangat
tidak baik, seharusnya peninggalan tersebut diserahkan kepada tim arkeolog yang
memang sedang mencari barang berharga tersebut. Sikap sombong Tutut terhadap
masyarakat yang memamerkan barang miliknya seperti pakaian dan tasnya sangat
tidak mencerminkan sikap yang baik.
Aspek
Pendidikan
Pelajaran
yang bisa kita ambil dari drama Tutut Ingin Kaya adalah betapa pentingnya
sebuah kejujuran. Karena kebohongan dan niat jahat hanya akan membawa kepada
kehancuran. Terlihat saat Tutut menjual peninggalan bersejarah Arca Syiwa ia
berbohong kepada tim arkeolog, namun akhirnya kejahatannya terbongkar ia malah
terjerumus pada lubang kehancuran.
Keinginan
bisa terwujud jika kita mau untuk kerja keras, menggapai cita-cita yang
diinginkan tidak ada cara instan hal ini tidak dipikirkan oleh Tutut yang ingin cepat kaya dengan cara yang salah,
tidak berpikir jernih sebelum melakukannya.
Kesimpulan
Drama
Tutut Ingin Kaya banyak menyampaikan pesan-pesan kehidupan yang dapat diambil
dan diterapkan dalam kehidupan kita. Mengajakan bahwa segala sesuatunya
diperlukan usaha dan kerja keras untuk mencapainya. Suatu kebohongan akan
berakhir dengan kehancuran.
Comments
Post a Comment