PENGANTAR FILSAFAT DARI MASA KLASIK HINGGA POSTMODERNISME KARYA Dr. ALI MAKSUM, M. Ag., M. Si. Penerbit AR-RUZZ MEDIA Cetakan I, 2016 (REVIEW BUKU)
Membahas segala fenomena yang ada di dalam kehidupan dan cara berpikir secara kritis dan skeptis dan memahami sebab-sebab yang dapat dijelaskan secara teoritis dan mendasar kurang lebih merupakan pengertian dari pada filsafat. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme mengulas dan memperkenalkan tokoh-tokoh filsafat dan pemikirannya dari masa klasik hingga postmodernisme. Dalam buku ini juga akan dibahas beberapa hal yang dianggap penting dalam filsafat, terutama yang menyangkut pengetahuan-pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang baru berkenalan dengan filsafat. Pengetahuan tersebut meliputi sejarah, perkembangan, tokoh dan paham filsafat, sejak Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Kontemporer.
Lahirnya filsafat dan ilmu
pengetahuan bermula dari aktivitas berpikir. Secara etimologis, kata filsafat berarti “love of wisdom” atau cinta kebijaksanaan (hlm. 11). Dimulai dari
pemikiran filsafat periode awal yang acap disebut sebagai filsafat alam dan
tipe filsafat ini juga disebut sebagai filsafat pra-Socrates sebab karakter
berpikirnya yang berbeda dengan pemikiran filsafat zaman Socrates dan
berikutnya. Tokoh-tokoh filsafat kategori ini, antara lain adalah Thales
(624-545 SM), Anaximander (610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), Pythagoras
(582-496 SM), Xenophanes (580-470 SM), Parmides (540-475 SM), Heraklitus
(535-480 SM), Zeno (+490), Democritos (460-370 SM) (hlm. 35-46). Dari uraian
tentang para tokoh filsafat alam dan pemikirannya, terutama tentang “arche” (hlm. 35 dan 46) asal mula segala
sesuatu, menyisakan problem yang belum terjawab secara tuntas. Bagaimana bentuk
kompromi atau sintesis dari polemik tersebut ketiga filsuf berikut akan
memberikan jawabannya. Diantara ketiga filsuf tersebut adalah Socrates (470-399
SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM) (hlm. 47-79). Gaya pemikiran
Plato bersifat idealis, spekulatif, sugestif, dan puitis. Sedangkan Aristoteles
adalah pribadi yang memiliki karakter ilmuwan yang serius. Karya-karya
Aristoteles dikenal kritis, analitis, empiris, dan tidak spekulatif (hlm.
78-79).
Pada abad pertengahan di dalam
buku ini menyebutkan bahwa filsafat abad pertengahan lazim disebut dengan filsafat skolastik yang diambil dari
kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan (hlm. 81). Berikut ini beberapa karakteristik dan ciri khas
filsafat abad pertengahan yang patut dimengerti pertama: cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja, kedua: berfilsafatnya di dalam
lingkungan ajaran Aristoteles, ketiga:
berfilsafat dengan pertolongan Augustinus (hlm. 83).
Istilah postmodernisme kali
pertama digunakan oleh Fredirico de Onis pada 1930-an untuk menyebut gerakan
kritik dibidang sastra (hlm. 262). Kemudian tahun 1970-an di bidang ilmu
filsafat dan ilmu pengetahuan postmodernisme diperkenalkan oleh Jean Francois
Lyotard dalam bukunya The Postmodern
Condition: A Report on Knowledge (1979). Lyotard mengartikan
“postmodernisme” sebagai ketidakpercayaan terhadap segala bentuk narasi besar;
penolakan filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk pemikiran
mentotalisasi seperti Hegelianisme, Liberalisme, Marxisme dan isme-isme
lainnya. (hlm. 264).
Dalam buku
ini sayangnya hanya memposisikan sudut pandang sebagai pengantar dan
dasar-dasar yang memang seharusnya dimengerti oleh seseorang yang baru
berkenalan dengan filsafat. Buku yang ditulis oleh Dr. Ali Maksum, M, Ag., M.
Si. ini bisa dikatakan lengkap karena sesuai judulnya Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme meliputi
perkenalan para filsuf, cara berpikir, hingga aliran-aliran filsafat dibahas
dengan lugas dan mendasar.
Comments
Post a Comment